Waah udah lama nggak posting nich, Bulan puasa gini kelaperan kali ya, Nyampe mo bikin tulisan aja ide nya ngak dapet-dapet, Masih tetep mentok di makanan, Hehehe, Tapi untung aja ade yang baek hati
Mia mulyani ngasih tulisan yang siap buat di santap, Buat sahabat semua yang masih pada doyan banget sama cerpen, Coba dech baca kisah atu ini, Di jamin pasti tersentuh, Secara dari judul nya aja kan udah kelihatan
Penyesalan selalu di akhir
penyesalan selalu di akhir part 1
"Wuah... Haviz emang bener-bener keren..."Kkata cewek-cewek yang berada di kantin saat Haviz tiba di kantin, Hanya dua orang cewek yang tampak biasa aja, Haviz berjalan mendekati mereka dan duduk di samping Vita dan Icha.
"Hei, Sorry ea, Gue telat..." Kata Haviz setelah duduk.
"Kemana aja loe?" Tanya Icha.
"Yaaa biasalah, Urusan sama pak burhan" Jawab Haviz, Karena pak burhan adalah guru olahraga di sekolahnya.
"Ada masalah apa lagi kali ini?" Tanya Vita.
"Nggax sih, Masih masalah kemaren. Olahraga" Jawab Haviz yang jagonya main basket.
"Oooh kirain ada apa..." Balas Vita sambil tersenyum, Karena selidik penuh selidik ternyata Vita juga sangat menukai Haviz.
"Emmmz, Gue pesen makanan bentar ea" Kata Icha sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Eh Aurel mana?" Tanya Haviz sambil celingak-celinguk.
"He?!" Vita kaget "Aurel? Emmm, Ga tau. Palingan belum keluar. Yaaa biasanya dia kan datang nya selalu telat, Mungkin bentar lagi ke sini" Jawabnya, dengan sedikit cemburu tentunya.
"Oooh, Eh salam ya sama dia..." Kata Haviz kemudian.
"Salam?" Vita kayak nggax percaya "Ae,... Bisa, Bisa... Apa isinya..." Tanyanya sambil meminum minumannya, Dengan sedikit gugup.
"Moga makin cantik aja..." Jawab Haviz sambil senyum-senyum.
"Uhuk... Uhuk..." Vita langsung tersedak.
"Eh Vit, loe kenapa?" Tanya Haviz cemas.
"Nggax. Gue nggax apa-apa kok..." Kata Vita sambil mengelap mulutnya dengan tissue "Eh apa tadi... Salam buat Aurel ea? Aemm, Okey ntar gue sampein..." Lanjutnya dengan menahan sebel.
"Makasih ea..." Kata Haviz sambil tersenyum.
"Hemmm..." Vita langsung berdiri karena nggax tahan atas sikap Haviz.
"Lho Vit. Loe mau kemana?" Tanya Haviz.
"Gue? Eee gue... Mau ke toilet, Ia ke toilet bentar"
"Ooh, Jangan lama-lama ea..." Kata Haviz.
"He-eh" Vita berusaha untuk tersenyum, Lalu melangkah pergi meninggalkan Haviz, Haviz terus memperhatikan Vita hingga hilang dari pandangan sambil tersenyum. Karena diam-diam Haviz juga menyukai Vita tapi sayang dia nggax berani ngomong.
"Lho al, Loe kok senyum-senyum sendiri, Kesambet ea?" Tanya Icha yang baru muncul dengan nampan berisi bakso di tangan.
"Eh, Ee enggak kok,..." Balas Haviz jadi salting.
"Eemmm, Vita mana?" Tanya Icha, Sambil mencari-cari Vita, Setelah meletakkan nampan di atas meja.
"Katanya sih mau ke toilet bentar, Eeh ini buat gue kan satu..." Tanya Haviz sambil mengambil semangkok bakso di atas nampan.
"Eemmm, ia sih..."
"Wah asyiiik nih, Gue laper banget,..." Kata Haviz sambil menambahkan saos, Kicap plus sambal ke dalam mangkok bakso nya.
"Nggax nungguin Vita dulu?" Tanya Icha.
"Eemmm, Nggax deh, Dia kan bilang cuma bentar, Abis gue laper banget..." Kata Haviz dan mulai menyantap bakso nya.
"Ooh, Eemm ya udah, Gue pesen minum dulu ea..." Kata Icha dan mulai pergi lagi, Haviz hanya balas dengan anggukan. Lalu kembali menikmati bakso nya.
"Ya ampuuuun... Loe mau makan atau bunuh diri al?" Tanya seseorang yang nggax tau kapan datangnya, Haviz langsung menoleh.
"Eh Aurel? Loe kapan datangnya?" Tanya Haviz sambil terus memakan bakso nya.
"Gila ea, Sampai-sampai gue datang aja loe nggax tau, Eh loe beneran mau bunuh diri ea, Masa tiga mangkok sekali makan sih, Perut apa karet?" Kata Aurel sambil geleng-geleng kepala.
"Wah gila loe, Gue makan semangkok aja belum abis"
"Trus ini..." Tanya Aurel sambil menunjuk dua mangkok bakso lainnya.
"Ipunya Icha sama Vita, Bukan punya gue..."
"Ooh kirain... Loe mau bunuh diri gara-gara nggax berani bilang suka sama Vita" Jawab Aurel santai.
"Ssssttt... Loe apa-apa an sih, Ntar kalau ada yang denger gimana?"
"Ya biarin, Bukan gue ini..."
"Ah loe emang nggax fair sama temen ea..."
"Ya udah deh maaf, Lagian loe sih, Masa bilang suka aja nggax bisa..."
"Yaaa gue kan cuma takut aja, Takut di tolak, Karena kalau gue di tolak pasti Vita bakal menghindar dari gue, Dan gue udah nggax bisa jadi pacarnya jadi sahabatnya Juga mungkin nggax bisa..." Kata Haviz sambil terus menikmati bakso nya.
"loe tu yea, ngeleeees aja... " kata Aurel "eh loe kok makan terus sih, mana gue nggax di tawarin lagi, udah gitu nggax pake acara nungguin temennya, emang loe enak makan sendiri kayak gitu?" tanya nya lagi.
"bukan gitu rel, pertama, loe kalau mau, pesen aja sendiri, gue aja di pesenin sama Icha. kedua, gue itu harus makan cepet-cepet karena ntar kalau udah ada Vita gue nggax bisa makan, selain karena gue malu makan bareng dia, gue juga mau ngelihatin dia, kalau gue udah selesai kan gue bisa ngelihatin dia. Nah yang ke tiga, gue laper banget, jadi nggax sempet mau nungguin yang lain" jawab Haviz dan terus makan menghabis kan makanannya Aurel hanya geleng-geleng melihatnya.
"ya udah lah, terserah loe, eh jadi gimana nih, apa rencana loe sekarang. apa loe bakal diemin aja perasaan loe itu?" tanya Aurel.
"ya nggax donk. gue itu kan suka beneran sama Vita, kalau gue diemin aja yang ada gue nya yang sakit hati..." kata Haviz dengan cepat.
"trus loe mau nembak dia? kapan?" tanya Aurel semangat.
"yaaa kalau itu... lihat entar deh. gue juga bingung, loe kan tau sendiri gue itu nggax bisa ngomong kalau di depannya, ya walau bisa pun semaunya nggax seperti yang gue harapkan, sepertinya pikiran gue udah melayang entah kemana..." cerita Haviz.
"uh gaya loe. Lebay kaleee. udah deh mending loe akuin aja ke Vita, yaaa kalau loe beruntung dia bakal jadi milik loe..."
"kalau gue nggax beruntung?"
"yaaa anggap aja lagi sial"
"uh enak banget loe ngomong. yang ngerasain itu gue tau. ntar gue patah hati dua kali donk. ih ogah" kata Haviz.
"jadi loe mau nya apa? diem aja gitu, sampai Vita jadian sama cowok lain, atau... perlu gue yang tanyain ke Vita?" tanya Aurel.
"eh jangan. loe fikir gue apaan, ntar Vita mengaggap gue banci lagi, masa bilang suka aja pake acara minta bantuan sama orang lain, udah gitu pasti dia bakal menganggap gue nggax bener-bener mencintainya... di tambah lagi dia nggax bakal suka sama cowok yang penakut"
"nah itu loe tau. tapi... bukannya loe emang kayak gitu ea"
"hust. jangan buka rahasia... sebenernya gue bukan nggax berani apa, gue cuma takut dia nolak gue aja kok"
"ya elah, cowok di tolak itu ma udah biasa kaleee, masa loe mau gini terus, emangnya harus Vita yang nembak elo, nggax mungkin kan?"
"yaaa emang sih, tapi yaaa mau gimana lagi, gue nggax bisa ngomong langsung sama dia, sepertinya kalau di hadapannya gue nggax bisa berfikir dengan benar... ya semuanya terasa aneh gitu..."
"he?! iya... masa' sih..." balas Aurel.
"yee loe tuh ea, gue serius nih" kata Haviz sebel.
"ya udah maaf, jadi loe mau nya gimana sekarang?"
"gue mau tau Vita itu suka sama gue atau nggax. nah setelah gue udah tau kalau dia suka sama gue, baru gue bakal nembak dia... kalau nggax ya... gue..." Haviz tidak meneruskan kata-katanya.
"caranya?"
"dengan sedikit bantuan loe..."
"bantuan gue? apa itu?"
"gini... kita harus membuat Vita cemburu, emmm maksud gue... kita harus melihat apa Vita cemburu kalau gue deket sama cewek gitu..."
"gue masih nggax ngerti"
"aduuuh, loe itu telmi banget sih"
"loe..."
"gini ea, kita pura-pura saling suka, loe tertarik sama gue, begitu juga sebaliknya, yaaa terserah gimana pun caranya, loe harus menunjuk kan kalau loe suka sama gue di depan Vita, begitu juga dengan gue, nah kita lihat apa Vita cemburu atau nggax. kalau dia cemburu berarti dia suka sama gue, dengan begitu gue bakal menembaknya dan menjelaskan semuanya" terang Haviz panjang lebar.
"gue sih nggax masalah. tapi... gimana kalau Vita nggax memberikan reaksi apapun?" tanya Aurel.
"ya nggax mungkin, kalau nggax kita buat agar Vita cemburu agar tau apa dia suka sama gue atau nggax" kata Haviz.
"sampai kapan? kita nggax mungkin begini selamanya kan, kalau Vita nggax ada reaksi apa-apa..." tanya Aurel.
"sampai... gue yakin gue udah nggax ada harapan lagi" jawab Haviz dengan sedih dan menunduk kan wajahnya Aurel jadi ikutan sedih melihatnya.
"aemmm, ya udah. okey gue bakal bantuin loe... apa lagi Vita kan temen deket gue, jadi loe tenang aja. cuma satu yang gue minta, please seandainya ini nggax berhasil loe jangan kecewa... yaaa...." Aurel mengalihkan perhatian Haviz yang mulai terbawa situasi.
"beneran? emm, baik lah, gue janji sama loe. okey? emm, thank's ea" kata Haviz dengan senengnya.
"buat sahabat terbaik gue apa sih yang nggax..." balas Aurel sambil tersenyum.
"nah gitu donk. dieal ea?" tanya Haviz sambil mengulur kan tangannya dan tersenyum senang.
"deal" jawab Aurel seneng melihat senyuman Haviz, dan membalas uluran tangan Haviz.
"lho Aurel... loe... kapan datangnya?" tanya Icha yang baru datang sambil membawa nampan berisi air minum, Haviz dan Aurel buru-buru melepas tangannya dengan gugup.
"eh e Icha? emmm, gue udah dari tadi kok..." jawab Aurel.
"eh, Vita belum datang ea?" tanya Icha.
"kayak nya sih belum. gue nggax ada lihat tuh dari tadi... kira-kira kemana tuh anak?" tanya Aurel.
"nggax tau. tadi dia bilang cuma ke toilet bentar, tapi ini nggax tau lah,..." balas Haviz sambil kembali menikmati mi so nya yang tadi sempat tertunda beberapa saat.
"yaaah, mana udah di pesenin lagi..." kata Icha sambil duduk di samping Aurel dan Haviz "eh dari pada nie nggax di makan mending buat loe aja rel, sayang kan..." lanjutnya sambil memberikan semangkuk baso dan es rumput laut nya ke arah Aurel.
"eh, nggax usah deh, nie kan buat Vita, ntar kalau dia datang gimana, gue kan jadi nggax enak" tolak Aurel.
"udah deh loe makan aja, tuh anak nggax bakHaviz ke sini lagi deh"
"oh yea, emang kenapa?" tanya Aurel dan Haviz bersamaan.
"yaaah kayak kalian nggax tau aja, tuh anak kan sekarang hobby banget nangis di toilet, yaaa biasalah..." jawab Icha sambil santai sambil menikmati baso nya.
"What?! nangis?" tanya Haviz kaget, begitu juga Aurel.
"oops...." Icha menutup mulutnya kaget, dan langsung mengambil minum.
"loe bilang, Vita nangis di toilet udah biasa... berarti sering gitu. kenapa? apa ada yang menyakitinya?" tanya Haviz.
"eh, gue bilang gitu ya barusan? masa' sih, prasan gue nggax ada bilang kalau Vita nangis, kalian salah denger kaleee. gue bilang tadi kan, yaaa kali aja Vita ada urusan gitu, abis tadi sebelum ke sini dia bilang mau ke ruang kepala sekolah" ralat Icha berbohong.
"kepala sekolah?" Haviz curiga "ngapain?" tanyanya.
"tau...." balas Icha sambil mengangkat bahunya "udah deh nggax usah di fikirin, mungkin gue yang tadi salah ngomong aja, biasalah,... gue kan kadang-kadang kalau ngomong suka ngasal. eh makan yuk... gue laper nie..." lanjutnya sambil menambahkan saos ke baso milik nya, sebenernya Aurel masih mau nanya karena penasaran sih, tapi nggax enak karena Icha terlihat sangat lapar. dan ia lebih memilih memakan baso Vita yang kini jadi milik nya.
"apa gue nggax cantik ea?" tanya Vita sediri di depan cermin toilet sambil memperhatikan wajahnya sendiri.
"kenapa Haviz malah memuji Aurel? prasan masih cantikan gue, mana pakek acara kirim-kirim salam segala lagi, nggax tau apa kalau gue suka sama dia, bikin gue cemburu aja. ih nyebelin banget, apa Haviz suka sama Aurel ea? tapi kalau emang ia, kenapa mesti sama sahabat gue sendiri... aduuuuh, kalau emang ia, gue nggax tau lagi deh harus buat apa...
"nggax mungkin kan gue bersaing sama sahabat gue sendiri, apa lagi kalau Aurel juga suka sama Haviz wah bisa patah hati dua kali gue, tapi... ah membayang kan mereka saling suka aja udah buat gue sakit hati gini, apa lagi kalau harus melihat mereka jadian..." kata Vita sambil menitik kan air matanya, yang udah nggax bisa di bendungnya lagi.
"apa gue nggax pantes buat loe al? apa loe suka sama Aurel? sebenernya gimana prasaan loe... loe suka sama Aurel atau... gue?! apa gue hanya bisa berharap? sampai kapan gue harus menunggu elo?" tanya Vita sendiri dengan sedihnya.
"Tuhan... apa yang harus gue lakuin... gue nggax sanggup kalau harus melihat sahabat gue jadian sama orang yang sangat gue sukai, tapi gue juga nggax bisa, kalau harus pacaran sama orang yang di sukai sahabat gue...
"Haviz, loe harus buktiin ke gue siapa yang loe suka, kalau loe beneran suka sama Aurel dan Aurel suka sama loe, gue rela deh pergi dari kehidupan kalian agar kalian bahagia,... gue janji gue bakal pergi, tapi setelah kalian membuktikan kalau kalian saling menyukai...
"Apa gue ngaku aja yea, Kalau gue menyukai Haviz... Emmmz, Tapi... Kalau Haviz nggax suka sama gue ntar kan bikin malu namanya, Udah nggax bisa jadi pacar, Jadi temen pun udah nggax mungkin... Huufffh... Apa yang harus gue lakuiiin...." Kata Vita dengan sedinya, Lalu mengusap air matanya dan melangkah meninggalkan toilet.
Bersambung
Bersambung dulu yee,, Soal nya kalau mau di postingin semua kagak mungkin kan, Cz panjang banget,, Ntar jadi novel dong,, Hehhehe
Bio penulis
Nama :Mia mulyani
Facebook :
Mia mulyani
Hobby :Membaca, And menulis,