Oke. sahabat
RemajaXsis semua. kalau kemaren
Cerpen sedih "Surat dari masa lalu" telah sukses di postingkan. kali ini.
Cerpen misteri "Cinta dalam dendam" part-1 akan segera dilanjutkan. dan semoga aja cerita ini bisa menghibur hati semua sahabat.

Cerpen misteri "Cinta dalam dendam" part-1
Hujan sudah reda, tapi belum berhenti sepenuhnya. Masih ada tetesan airnya yang sesekali turun ketanah berubah rintik-rintik gerimis. Dan membuat toko yang sedang dijaga tika menjadi sepi, tidak seperti biasanya yang selalu ramai dipenuhi pengunjung. Sesepi dan sesakit perasaannya karna telah ditinggal oleh bram, orang yang dulu sangat disayangnya hingga ia rela menyerahkan keperawanannya. Hingga akhirnya ia dihianati oleh bram, masih terngiang jelas kejadian yang menyakitkan itu.
Tiga minggu lamanya bram tidak muncul untuk menemuinya. Membuat tika jadi gelisah dan memutuskan untuk menemui pria muda itu dirumahnya. Pintu rumah bram terpentang lebar. Memang sudah menjadi keyakinan bagi keluarga bram kalau pintu rumah itu nggak boleh ditutup rapat agar rejeki dapat terus masuk kerumah tanpa terhalang. Keyakinan yang agak aneh si emang nya, tapi tika nggak pernah memusingkannya.
Seperti biasa, tika langsung masuk kedalam rumah bram. Namun pemandangan diruang tamu membuatnya langsung menghentikan langkahnya dan matanya langsung terbelalak dengan lebar.! Diatas sofa, bram sedang memeluk seorang gadis yang putih dan sangat cantik. Gadis itu mengeluh panjang saat bram membelai tubuhnya dengan gerakan yang lembut, ia menggeliat seakan hendak melepaskan diri dari pelukan bram, tapi yang terjadi malah sebaliknya, gadis yang cantik itu malah semakin merapatkan tubuhnya, hingga ingin rasanya tika memburunya dan menampar muka gadis cantik itu. Tapi sepasang kaki tika hanya bisa terpaku dilantai melihat adegan mesra yang dilakukan bram bersama gadis cantik itu.
Sekali lagi gadis itu mengeluh panjang saat bram menciumi dagunya, bahunya dan mendorongnya dengan pelan kesandaran sofa, tika sangat geram melihat tangan langsing gadis cantik itu malah merangkul leher bram. Begitu ketat, begitu mesra.
“Oh siska...” bram menyebut nama gadis cantik itu dengan begitu mesranya, sama sekali tidak disadarinya kalau semua perbuatannya itu dilihat sama tika.
Tika bener-bener merasa panas melihat tingkah bram. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya.
“Bram...!” teriak tika. Matanya mulai berkaca-kaca.
Dengan kaget bram menoleh, gadis yang bernama siska juga menoleh, keduanya melepaskan pelukan dan terbelalak melihat kemunculan tika.
“Tika..!” Bram bagaikan tersambar petir disiang bolong melihat siapa orang yang telah memanggilnya.
“Siapa dia bram.?” Gadis yang bernama siska itu menyentuh lengan bram, matanya menatap tika dengan pandangan yang curiga.
Bram tergagap. Untuk sekejap pria itu tak mampu menjawabnya pertanyaan siska. Namun setelah berhasil menguasai dirinya, ia kembali bersikap tenang seperti biasanya. Lalu dipanggilnya tika untuk mendekat.
“Tika kemarilah, perkenalkan, ini siska mahasiswi fakultas psikologi..”
Tika sama sekali tak mendekat. Matanya masih berkaca-kaca. Dan masih menatap dengan nyalang, penuh dendam yang membara. Sekilas siska menatap tika, dan agaknya gadis itu seperti dapat menangkap sesuatu yang istimewa antara bram dan tika. Wajahnya terlihat cemberut dan tiba-tiba saja ia berkata.
“Jadi kamu yang bernama tika itu? Eh apakah bram sudah mengundangmu untuk datang kepesta pernikahan kita beberapa bulan lagi?”
Tika terperangah. Mulanya ia mengira perkataan siska itu hanya untuk memanas-manasinya saja, tapi ketika ia menatap mata siska, ia melihat kejujuran dari matanya. Juga ada sorot mata kemenangan dari mata gadis itu. Lutut tika terasa lemas, hampir saja ia jatuh terpuruk kelantai. Ia sangat terkejut mendengar perkataan siska. Dan lebih terkejut lagi karna bram sama sekali tak membantahnya. Lantas kalau bram menikah dengan siska, bagaimana dengan dirinya?!.
“Bajingan!” tika menghampiri bram dan langsung melayangkan tangannya.
Plak.! Sebuah tamparan keras pun langsung mendarat dimuka bram. Pria itu sedikit meringis kesakitan, tapi ia sama sekali tak berusaha untuk melawannya. Tika juga merasakan sakit pada tangannya karna memukul dengan keras wajah bram. Tapi tetep masih kalah sakitnya dengan hatinya. Air bening yang dari tadi menggantung dimata tika, tak mampu lagi berpegangan pada tempatnya. Tetes demi tetes jatuh dengan sangat cepat setelah tika membalikkan badannya dan pergi dari hadapan bram dan siska.
“Tika.!” Bram hendak mengejarnya, namun siska mencegahnya. Dan bayangan tika pun lenyap dikejauhan. Membawa kepedihan, dendam, dan penghianatan.
***
“Mbak tika..! Mbak tika..!” suara panggilan yang terdengar menggebu-gebu itu langsung membuyarkan lamunannya yang panjang, dengan perasaan yang kaget tika menlongok keluar toko milik ibunya yang sedang dijaganya.
“Mbak tika.!” Suara itu terdengar lagi.
Tika melihat gadis kecil berumur belasan tahun berlari-lari menghampiri tokonya. Namanya tari, anak gadis tetangga sebelah rumahnya, dan masih duduk dibangku kelas lima sd. Dan selalu datang kerumahnya bila ia tak bisa menyelesaikan prnya.
“Ada apa sar.? Kok lari-lari.?” Tanya tika begitu tari telah tepat berada didepannya, ia tersenyum geli melihat gadis kecil itu terengah-engah kelelahan.
“Celaka mbak. Celaka.!” tari berkata terbata-bata. Terlihat kegugupan luar biasa dari wajah gadis mungil itu, dan hal ini membuat tika mengerutkan keningnya karna tak biasa tari bersikap seperti itu, tanpak ada sesuatu yang sangat serius yang hendak disampaikan gadis mungil itu.
“Tari” kata tika sambil mendekat dan memegang kedua pipi tari dangan lembut agar gadis mungil itu bisa berkata dengan dengan tenang. “Ada apa.?” Tanya tika setelah tari terlihat sedikit tenang. “Apakah kamu bertengkar, bonekamu direbut orang.?”
“Nggak mbak” tari menggelengkan kepalanya. “Tari nggak apa-apa tapi bude vera..?”
“Bude vera kenapa.?” Alis tika semakin tertaut, perasaannya mulai nggak enak, ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada ibunya.
“Bude vera meninggal mbak.?”
“Apa.!” Tika terbeliak kaget, diguncangnya bahu tari dengan keras sampai anak kecil itu meringis kesakitan. “Tari, kamu jangan bicara sembarangan.?”
“Be... benar kok mbak,, Bude siska. Bude siska meninggal.” Tari mengulang berita yang dibawanya dengan suara yang terbata-bata. Ia ketakutan melihat sikap tika yang galak memelototinya.
“Tidak mungkin.!” Gadi itu mengerling tak percaya. Dan langsung berlari ketoko mainan disebelahnya toko milik ibunya, ia melemparkan kunci tokonya kepada pak tomi, pemilik toko mainan itu.
“Tolong saya pak,” kata nya pada pak tomi. “Tolong tutupkan toko saya. Saya harus pulang sekarang.?”
“Lho. Kenapa emangnya. Ada apa.?” Pak tomi menerima kunci toko tika dengan sedikit bingung, tak seperti biasanya tika bersifat seperti itu. Pasti ada sesuatu yang yang mendesaknya. Dan tika sama sekali tak menjawab pertanyaan pak tomi. Gadis itu sangat panik karna berita yang dibawa oleh tari. Tanpa mengerti kejadian yang sebenernya. Tika langsung berlari, meninggalkan tari dan toko milik ibunya yang masih terbuka.
Jantung tika terasa berhenti berdetak ketika ia melihat kerumunan orang berjubel didepan rumahnya. Dengan panik ia menyeruak kerumunan orang-orang itu untuk segera masuk kedalam rumah.
“Pak jaya.! Tika menghampiri pak jaya, tetangga dekatnya dan sekaligus ayahnya tari. “Apa yang terjadi pak.?”
“Tika.?” Pak jaya bukannya menjawab pertanya tika, tapi malah mendorongnya kesudut ruang tamu dengan mata yang berkaca-kaca. Tika menjadi sangat tegang.
“Kamu harus tabah tika. Ibumu, ibumu..” pak jaya tak bisa meneruskan kata-katanya.
“Oh tidak.!” Kalimat pak jaya yang terbata-bata segera membuat tika mengerti kalau berita buruk yang dibawa tari tadi itu tampaknya benar. Tika langsung mendorong pak jaya, menyingkirkan lelaki separuh baya itu dari hadapannya. Lalu ia sendiri masuk kedalam kamar ibunya untuk mencari wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya. Dan...
“Ibu. Ibu.!” Tika terpekik berkali-kali saat ia melihat ibunya terbaring kaku diatas ranjang dengan kepala yang berlumuran darah. Sementara itu disisi ranjang, ada bu jaya dan seorang dokter puskesmas yang sudah dikenalnya. Duduk dengan wajah yang muram.
“Ibuuu..!” teriak tika sambil berlari untuk memeluk jasad ibunya. Tapi bu jaya langsung menghalanginya. Dan memeluknya untuk menjauh dari tubuh almarhumah vera.
“Tika..” bu jaya berurai air mata. “Kuatkan hatimu nak.?”
“Tidak.! Tidaaak.!” Tika menjerit-jerit sambil berusaha melepaskan pelukan bu jaya yang bertubuh agak gemuk itu, “Ibu tidak mungkin meninggal. Tidak mungkin.!”
“Sudahlah.” Dokter anwar menyentuh pundak bu jaya. “Biarkan saja ia memeluk ibu nya mbak.?”
Bu jaya melihat kearah dokter anwar dengan wajah yang sedikit cemas. Ia tampak mengkhwatirkan keadaan tika jika melihat jasad ibunya dari dekat. Tapi setelah dokter anwar menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan bahwa tak akan terjadi apa-apa. Bu jaya pun langsung melepaskan pelukannya.
Tika pun langsung memburu tubuh ibu nya yang terbujur kaku. Diguncangnya tubuh wanita itu berkali-kali sambil memanggil-manggil dengan suara yang serak. Tapi siska tetep diam. Dan tika pun sadar kalau ibu nya emang telah menutup matanya. Untuk selama-lamanya.
“Ibu. Tidak.!! Ibuuu.!” Tika menjerit pilu. Dan tubuhnya pun langsung lunglai hingga terkapar pingsan diatas lantai.
***
Tika termenung.
Dari pak jaya diketahuinya kalau ibunya meninggal karna dibunuh oleh toto, suaminya dan ayah angkatnya tika. Saat tika sedang menjaga toko. Toto pulang dalam keadaan mabuk. Ia datang untuk meminta uang. Hanya ini tidak seperti biasanya. Kali ini vera tak memberinya. Tika juga tahu kalau ibunya pasti emang sedang tak mempunyai uang. Toko pun sudah hampir pailit karna modal tidak berputar. Habis dimintai terus sama toto. Toto sangat marah karna vera tak memberinya uang. Dengan paksa ia lalu langsung mengambil perhiasan yang ada dilemari vera. Tapi vera beruasaha mencegahnya. Ketika toto berkeras mau membawa semua perhiasan itu vera meneriakinya maling membuat para tetangganya berdatangan.
Ketika pak jaya dan istrinya tiba. Vera sedang memeluk kaki toto yang hendak pergi dengan membawa perhiasanya. Maka pak jaya, istri dan orang –orang yang hadir segera sadar kalau vera tidak sedang dirampok, tapi sedang bertengkar dengan suaminya. Melihat hal itu pak jaya dan segenap tetangga berniat akan meninggalkan vera dan suaminya yang sedang bertengkar. Tapi belum sempat mereka meninggalkan rumah vera. Toto menendang vera yang menghalangi jalannya. Vera terlempar dan kepalanya membentur ujung meja dengan sangat keras. Sehingga vera langsung meninggal dengan seketika dengan kepala yang pecah. Pada saat pak jaya dan kerumunan orang belum sadar dengan apa yang terjadi toto telah melarikan diri.!
Kini tiga bulan telah berlalu. Kasus kematian vera juga telah ditangani oleh pihak yang berwajib. Tapi hingga sekarang pun toto masih tetap menjadi buron. Dan belum tertangkap. Tika merasa kehilangan yang cukup berat setelah ibu sudah tidak ada, rumah itu menjadi lengang dan kehilangan jiwa. Segalanya kosong sekosong hati tika. Dan satu-satunya orang yang sangat diharapkan tika juga telah tega menghianatinya membuat dendam yang sangat besar dihatinya.
Bersambung...
Oke. sahabat. semuanya. Kayak nya dipotong dulu deh ceritanya. ntar kalau udah sukses dipostingin bakalan lanjut kepart-2nya.