Sahabat setia
remajaxsis Kali ini akan mem postingin
Penyesalan selalu di akhir part 5 Yang mana kali ini ada lah episod terakhir nya,, Hehee kayak sinetron aja dong,,, Ade
Mia mulyani Emang ada ada Ja dech... Go...
Penyesalan selalu di akhir 5
Paginya, Haviz melangkah dengan senyuman mencari Vita, ia menunggu di cantine, tapi Vita nggax datang, kemudian ia melangkah menuju perpustakaan, Vita juga nggax ada, ia mencari di taman belakang dan di depan sekolah, Vita juga nggax ada. Haviz jadi heran kira-kira kamana Vita hari ini? lalu ia melangkah mencari nya di kelas, tapi ternyata Vita juga nggax ada. Haviz jadi bingung sendiri.
"Icha... loe tau nggax Vita kemana?" tanya Haviz saat bertemu Icha di koridor sekolah.
"kenapa loe nyariin dia..."
"gue... ada perlu sama dia, abis gue cari dari tadi dia nggax ada-ada, nggax tau deh di mana, kira-kira loe tau nggax dia di mana?" tanya Haviz, Icha diam saja dan siap mau pergi, Haviz langsung menghHavizginya.
"Haviz, loe apa-apaan sih, udah deh, jangan ganggu gue hari ini, gue nggax mau ngomong apa-apa sama loe" kata Icha dengan sebel.
"loe kok jadi gitu, emang gue salah apa? kalau ada, bilang donk, jangan diem nggax jelas kayak gini..." kata Haviz bingung.
"loe emang nggax ada salah sama gue, tapi sama sahabat gue ada" balas Icha cuek.
"sahabat? maksud loe Vita?! gue... emang salah apa?" tanya Haviz.
"fikir aja sendiri" balas Icha.
"he?! nggax tau... emang kemana sih dia?" tanya Haviz.
"dia nggax masuk hari ini" jawab Icha sebel.
"nggax masuk? kenapa? dia sakit ea? kok nggax ada yang ngasi tau gue? sakit nya parah nggax? di mana dia sekarang? kita ngejenguk dia yuk, gue khawatir banget..." Haviz jadi panik, yang membuat Icha kaget.
"loe... kenapa sekhawatir itu?" tanya Icha.
"gue... gue... cuma, emmm..."
"kenapa?!"
"gue, e gue..."
"apa?! eh al, loe jadi cowok jangan plin-plan donk, kalau udah dapat Aurel ya udah, jangan Vita juga mau loe kuasain. mereka itu sahabatan al, gue tau loe itu emang orang yang keren, tapi bukan berarti loe bisa mainin mereka berdua kayak gini..." kata Icha jadi makin sebel.
"gue nggax mainin mereka kok, lagian gue sama Aurel cuma..."
"apa?! pacaran kan, gue udah tau kok, seharusnya loe itu nggax usah mengkhuatirin orang lain, apa lagi dia temen pacar loe sendiri, jadi cowok harus tanggung jawab" kata Icha "kalau loe udah milih Aurel berarti loe nggax boleh mendekati Vita juga, kalau kayak gitu sama aja loe menayakiti mereka tau nggax" lanjutnya.
"tapi gue bener-bener nggax bermaksud..."
"jadi maksudnya apa? udah deh mending loe urusin aja Aurel, dan jangan perduliin yang lain okey, gue nggax mau Aurel kecewa, dan pengorbanan Vita sia-sia" kata Icha menahan kesedihannya.
"maksud loe..."
"udah lah, loe pasti tau maksud gue apa"
"cha, gue sama Aurel itu cuma..."
"apa?!"
"temen"
"temen?! loe cuma menganggap Aurel temen? loe sadar nggax sih, kalau Aurel itu beneran suka sama loe. loe jangan kayak gini donk, apa sih mau loe sebenernya, loe udah ngasi harapan sama dia tau nggax"
"gue... sama Aurel emang cuma temen"
"apa loe itu masih bisa di bilang cowok ha?! gue jadi heran, kenapa cowok kayak loe di perebutkan. udah lah, gue nggax mau lagi ngomong sama loe, gue cuma mita jangan pernah loe sakiti Aurel apa pun alasannya"
"cha tapi gue..."
"loe sadar nggax sih kalau Aurel itu suka sama loe" kata Icha dengan sebelnya yang membaut Haviz jadi terdiam "dan gue nggax mau sahabat gue, jadi merasa tersakiti untuk yang ke dua kalinya, jadi loe nggax boleh menyakiti Aurel, gue nggax sanggup kalau harus melihat semua sahabat gue, menderita gara-gara loe. ngerti?!" lanjutnya.
"Aurel suka sama gue?!" tanya Haviz bingung.
"jangan belagak bego deh, loe pasti juga tau itu kan?"
"gue..."
"loe salah cha, gue sama Haviz cuma temen" kata sebuah suara dari samping, Icha dan Haviz langsung menoleh "gue nggax suka sama Haviz kok, loe tenang aja, Haviz nggax seburuk yang loe fikir..."
"Aurel?!" kata Icha dan Haviz berbarengan.
"eh oh yea, Vita kemana? kok hari ini gue cari-cari dari tadi nggax ada-ada, apa dia nggax masuk?" tanya Aurel.
"kalian...." Icha jadi bingung "kalian benaran nggax pacaran?!" tanyanya kaget.
"ya... iya. kita nggax pacaran" jawab Haviz dan Aurel serentak.
"oh No!!!!" kata Icha sambil menepuk jidatnya.
"Icha? loe kanapa?" tanya Aurel.
"kita salah faham..." jawab Icha merasa bersalah.
"kita?!" tanya Haviz dan Aurel bingung.
"ia kita, gue sama Vita, kita itu udah salah faham, kita fikir kalian itu jadian... jadi Vita..."
"kenapa sama Vita?" tanya Haviz.
"dia... pergi" jawab Icha sambil menunduk.
"pergi?! kemana?" tanya Haviz kaget.
"sorry, gue nggax bisa menahannya. karena gue fikir kalian itu pacaran" kata Icha merasa bersalah.
"lho, apa hubungannya?" tanya Haviz.
"loe nggax tau apa pura-pura nggax tau, tentu saja ia nggax mau merusak hubungan kalian..."
"emang Vita suka sama gue?" tanya Haviz.
"loe nggax tau?!" Icha kaget. Haviz langsung menggeleng.
"dia beneran suka sama gue?!" kata Haviz mulai seneng "tuh kan rel, gue bilang juga apa, ini pasti berhasil, dan gue yakin bentar lagi dia pasti bakal jadi milik gue, loe bisa bayangin nggax sih gimana perasaan gue saat ini,..." lanjutnya ke arah Aurel.
"bagus deh, gue seneng dengernya..." balas Aurel sambil tersenyum.
"ini sebenernya ada apa sih?" tanya Icha bingung.
"huufffh, gini ea, gue itu suka sama Vita, dan sekarang gue tau kalau Vita suka sama gue, gue bakal langsung menembaknya" jawab Haviz.
"he?! jadi kalian bener-bener nggax saling suka?" tanya Icha kaget.
"ya nggax lah" balas Haviz dan Aurel sambil tersenyum.
"tapi kemaren saat di caffe,..."
"kemaren itu kita lagi ngobrolin gimana caranya agar Haviz bisa nembak Vita, eh tapi... kok loe bisa tau?" tanya Aurel bingung.
"ya tau lah, orang gue lihat sama Vita"
"kalian lihat? kok nggax nyamperin?"
"gila loe, kita fikir kalian itu lagi pacaran, yaaa mana berani lah"
"eh tapi gimana reaksi Vita, dia bener-bener cemburu ea?" tanya Aurel semangat.
"ia bener tuh. gimana? kira-kira cintanya dia beneran cuma buat gue nggax?" tambah Haviz tambah semangat.
"bukan cuma cemburu tau nggax" kata Icha dengan sedih "dia bahkan sempet frustasi dan sangat kecewa tau nggax. al, Vita itu suka sama loe udah dari dulu, loe nggax sadar apa kalau setiap hari Vita itu nangis di toilet saat melihat kalian berdua?" lanjutnya.
"Vita tiap hari nangis?" tanya Haviz kaget.
"loe pasti juga nggax tau kan, kalau setiap hari juga, dia selalu mengharap kan elo, tapi apa balasan dari loe... cuma air matanya dia aja yang harus dia keluar kan tiap hari, bahkan demi elo tau nggax"
"loe kenapa nggax pernah bilang ke kita?" tanya Aurel.
"loe fikir gue itu temen yang suka lihat temennya sendiri sedih apa? ha?! ya enggak lah, gue itu mana tega nyakitin elo, gue melihat elo terlalu bahagia bersama Haviz, dan gue fikir..."
"tapi gue nggax suka sama Haviz, cha" potong Aurel.
"siapa yang bisa menjaminnya kalau melihat tingkah laku kalian setiap harinya?" balas Icha.
"kenapa sih Vita nggax bilang aja ke gue"
"kalian pernah berfikir nggax sih, kalau Vita itu temen yang seperti apa, apa Vita itu tipe orang yang mau bahagia sendiri? nggax! dia bukan orang yang seperti itu, kira-kira apa yang bisa dia lakuin kalau setiap hari, orang yang dia suka selalu kirim salam sama sahabatnya sendiri, setiap istirahat juga, orang yang dia sukai selalu deket sama sahabatnya, dan setiap pulang sekolah sahabat nya selalu titip salam sama orang yang dia sukai, serta yang lebih parahnya lagi, mereka sangat terlihat saling menyukai... kalian bisa berfikir nggax gimana perasaannya saat itu..."
"Vita..." Aurel nggax meneruskan kata-katanya.
"kalau gue mungkin udah nggax bakal bisa menahannya, tapi nggax buat Vita, dia itu terlalu baik, dia nggax penah tega sama orang lain, kalian berdua adalah orang yang sangat dia sayangi nggax mungkin dia menyakiti nya... loe tau nggax sih, pengorbanan Vita itu udah terlalu besar, dan air matanya selama ini ia keluarkan itu udah nggax pantes di keluarin lagi.,.." kata Icha dengan sedihnya.
"kita nggax tau..." kata Haviz dan Aurel merasa bersalah.
"ya makanya gue kasi tau, Vita itu udah cukup menderita gara-gara kalian, dan kalian tau nggax sih, Vita itu setiap hari menahan rasa sakitnya di depan kalian, apa kalian bener-bener nggax merasakannya, gue nggax habis fikir sama kalian, kenapa kalian tega melakukan hal ini ke pada orang yang kalian sayang sendiri... kenapa?"
"kita nggax bermakud menyakiti Vita"
"tapi kenyataannya?! gue nggax bisa bayangin deh kalau gue yang berada di posisi Vita saat ini, apa gue masih bisa bertahan untuk hidup, di satu sisi gue sangat mencintai orang itu, tapi di sisi lain sahabat gue sendiri juga menyukainya... kalian fikir apa yang bakal di lakukan orang seperti Vita"
"ia, kita tau kita salah, gue bener-bener merasa bersalah"
"jadi kalian baru sadar, lama sekali baru sadar, tapi udah lah, sekarang semuanya udah terlambat" kata Icha sambil menitis kan air mata.
"maksud loe?" tanya Haviz dan Aurel.
"udah lah, lupain Vita" kata Icha dan siap mau pergi, Haviz langsung menahannya.
"itu nggax mungkin, gue nggax bakal mungkin bisa hidup tanpa Vita, loe harus kasi tau gue, di mana dia sekarang..."
"nggax ada gunanya juga, gue udah bilang semuanya udah terlambat, waktu kalian menyadarinya udah habis, dan gue nggax bisa berbuat apa-apa lagi..." kata Icha dan menusap air matanya.
"kenapa loe nangis? emang Vita kemana?"
"dia udah pergi, dua jam yang lalu" kata Icha setelah melirik jam tangannya.
"pergi? kemana?" tanya Haviz dan Aurel bersamaan.
"paris"
"Paris?!" Haviz dan Aurel makin kaget.
"dan mungkin dia nggax bakal kembali dalam waktu dekat, dia bilang dia mau ngeluapain Haviz, dan dia juga minta kalian berdua untuk bahagia, jadi gue minta kalian jangan lagi mengharap kannya, kalian berdua boleh melupakannya untuk selama-lamanya"
"nggax!" potong Haviz "itu nggax bakal pernah terjadi, gue nggax mau... ini pasti bohong kan? Vita nggax mungkin ninggalin gue seperti ini... gue belum sempet minta maaf sama dia, gue juga belum menyatakan cinta gue, gue mohon bantu gue..."
"ini kenyataan al, gue udah berusaha menahannya, tapi nggax berhasil"
"bego, ini semua salah gue..." kata Haviz dengan sedihnya.
"udah al, loe jangan menyalahkan diri loe sendiri"
"gimana nggax rel, loe tau nggax, setiap hari gue selalu memuji elo, gue selalu kirim salam sama loe, dan gue selalu membicarakan elo, gue yakin pasti saat itu hatinya sakit banget, gue nggax pernah menyadarinya... gue nggax pantas untuk di cintai... gue bener-bener nggax pantas... apa yang harus gue lakuin... gue telah menyakiti orang yang sangat gue cintai..." kata Haviz dan tanpa sadar air matanya mengalir.
"udah al, udah... loe nggax boleh seperti ini terus, mungkin ini memang hal yang terbaik"
"terbaik?! buat siapa? kalau buat gue jelas nggax, apa lagi buat Vita, pasti dia bener-bener menderita, gue sangat menyesal, dan sangat-sangat menyesaaaaaaaaal... gue jahaaaaat, kenapa sih PENYESHAVIZ SELALU DI AKHIR" kata Haviz dengan sedih.
"kalau di awal. itu, namanya pendapatan, jadi nggax mungkin di awal, loe harus kuat al, gue yakin loe bisa melewati ini semua..."
"gue bener-bener merasa sangat bersalah, gue udah menyakiti Vita, apa gue bener-bener harus melupakannya? gue nggax sanggup, seandainya aja gue masih bisa meminta, gue bener-bener minta untuk kebahagiaan Vita di mana pun dia berada, dan kalau gue masih bisa meminta, gue minta izinin gue untuk menyatakan cinta gue ke Vita, dan gue mau minta maaf sama dia... tapi gue nggax bisa..."
"kenapa? loe bisa kok ngelakuin itu, loe bisa merubah takdir elo al" kata Aurel sambil tersenyum.
"maksud loe?" tanya Haviz bingung begitu juga Icha.
"loe bisa menelpone nya sekarang, loe langsung aja mengatakan apa yang seharusnya loe katakan, ia nggax?" jawab Aurel seneng.
"iya loe bener, kanapa tadi gue berfikiran kesitu..." kata Haviz dan mengambil ha-pe di sakunya sambil tersenyum penuh harap, lalu mencoba meng calling Vita, "Vita kok nggax mengangkat ha-pe nya?" tanya Haviz mulai cemas yang lain juga.
"serius loe? coba lagi deh" kata Aurel, Haviz mencobanya lagi, dan lagi, tapi masih sama nggax ada jawaban, semuanya jadi panic, kenapa Vita nggax menjawabnya?, tiba-tiba ha-pe Icha bedering.
"eh bentar ea, mamanya Vita nelpon" kata Icha dan menjawab telponenya "hallo tante..." kata Icha, tapi tiba-tiba... "APA?!" jerit Icha kaget, temen-temennya jadi cemas, dan mendekati Icha, Haviz menyimpan ha-penya kembali, bahkan ha-pe Icha langsung terjatuh, saat Icha mau jatuh juga Aurel langsung menahannya.
"cha, ada apa?" tanya Aurel cemas.
"Vita..." Icha nggax bisa meneruskan kata-katanya, dan malah menangis.
"loe jangan buat kita takut donk, ada apa sebenernya..."
"Vita rel, Vita...." kata Icha dan memeluk Aurel dengan histeris.
"tenang yea, loe tenang dulu,... abis itu baru cerita..." kata Aurel.
"tadi... mama nya Vita nelpone gue... dia bilang, Vita... Vita... kecelakaan, sebelum tiba di bandara, hiks... hiks... hiks..."
"apa?!" Haviz dan Aurel kaget "kecelakaan?!"
"gue sedih banget..." kata Icha dan terus menangis,
"loe cerita yang sebenernya terjadi, di mana dia sekarang, kita perlu melihat keadaannya" kata Aurel.
"Vita... dia,... gue nggax sanggup bilang..." kata Icha dengan sedih.
"loe harus kasi tau kita. gimana ke adaan Vita. ayo cerita" kata Haviz dengan histeris.
"Vita... Vita... dia, udah,... maaf, meninggal" kata Icha, Aurel langsung melepas pelukannya kaget, dan menatap Icha minta penjelasan, begitu juga Haviz yang tampak syok, langsung terjatuh berlutut.
"loe jangan buat gue takut donk" kata Aurel.
"maaf, tapi... tadi mamanya bilang gitu... gue sedih banget rel,... gue sedih banget... dan siang ini acara pemakamannya, gue nggax tau lagi apa yang harus gue lakuin..." kata Icha dan air matanya langsung mengalir, Aurel kembali memeluk Icha dengan sedih, air mata Haviz juga mengalir dari ke dua matanya.
"ini pasti bohong kan... kasi tau gue kalau ini cuma bohongan, gue nggax percaya, Vita nggax mungkin... dia nggax mungkin udah...." Haviz nggax bisa meneruskan kata-katanya.
"udah al, loe tenang dulu... sabar ea..." kata Aurel dan memegang bahu Haviz yang masih syok.
"gimana gue bisa tenang coba, ini semua gara-gara gue... loe tau, Vita pergi semuanya salah gue.... gue emang jahat... Vita..." ratap Haviz.
"loe nggax boleh menyalahkan diri loe sendiri, gue juga ikut salah, jadi loe harus tenang dulu..." kata Aurel menenangkan Haviz walau hatinya juga merasa sedih.
"gimana gue bisa tenang kalau kayak gini caranya, orang yang selama ini gue cintai, telah pergi dan nggax bakal pernah bisa kembali, dan yang lebih parahnya lagi, semuanya salah gue, gara-gara gue,..."
"kalian salah, ini semua salah gue... coba aja gue mencoba melarangnya pergi, pasti Vita nggax bakal... dia nggax mungkin..." Icha nggax bisa menahan ke sedihannya.
"udah donk, kalian jangan kayak gini... ini semua mungkin udah menjadi kehendak-Nya, kita kan nggax tau, umur kita seberapa, kalau kalian seperti ini, gue yakin Vita pasti bakal sedih di alam sana, jadi gue mohon... relakan dia..." kata Aurel mencoba menghibur temen-temennya, mereka seperti hanyut dalam kesedihan, dan semuanya langsung terdiam. sambil terus menangis, lama-lama Haviz nggax tahan, dan langsung berlari pergi.
"Haviz!!!" Icha mau menahan Haviz, tapi di tahan sama Aurel.
"udah cha, biarin Haviz menenangkan dirinya sendiri, ini pasti berat banget buat dia..." tahan Aurel.
Haviz terus berlari tanpa tujuan, dan tiba-tiba hujan turun seperti melambangkan kesedihan Haviz, walau hujan makin deras Haviz tidak berusaha untuk berteduh ia terus berlari hingga entah kemana, dan langsung berlutut di tengah jHaviz yang sepi karena hujan.
"AAAA..." jerit Haviz sekenceng-kencengnya "Kenapa semua ini harus terjadi..." ratapnya.
"Vita!!! kenapa loe tinggalin gue sendiri... gue nggax bisa menanggung ini sendiri, apa ini semua hukuman buat gue yang selalu membuat elo sedih, tapi gue nggax sanggup kalau harus menerima ini... gue bener-bener nggax sanggup..."
"Tuhan... kenapa loe nggax ambil nyawa gue aja, kenapa mesti Vita, dia udah banyak menderita, apa nggax ada kebahagiaan buat dia... gue tau ini semua salah gue... tapi apa seperti ini hukuman yang pantas buat gue..."
"Vita... please maafin gue... gue mohon,... jangan tinggalin gue... apa yang harus gue lakuin agar loe kembali... Vita, gue bener-bener sayang sama loe... apa loe tau itu, gue bener-bener sayang sama loe!!! bahkan bukan sayang aja, gue juga mencintai elo. tapi kenapa loe tega ninggalin gue seperti ini"
"kenapa PENYESHAVIZ INI SELALU DI AKHIR... kenapa gue nggax mengetahuinya dari dulu... gue sendiri yang udah menyakiti Vita... gue bener-bener menyesal, kalau gue tau akhirnya bakal seperti ini, gue nggax mungkin melakukannya... maafin gue Vit, gue bener-bener minta maaf, gue tau, ini pasti nggax bisa membuat elo merasa bahagia, tapi gue juga nggax bisa melakukan apa-apa lagi...
"loe boleh hukum gue semau elo, tapi kenapa harus dengan cara seperti ini... gue nggax sanggup, tolong... jangan buat gue menderita seperti ini, apa yang harus gue lakukan..." ratap Haviz dengan sedihnya.
@@@@@@@@@@@@@@@@@
Haviz menaburkan bunga di pemakanam Vita, dengan sedihnya, air matanya telah membasahi pipi, ia hanya menatap sedih di batu nisan Vita, dan Haviz membuka surat dari Vita yang tadi di berikan mama Vita, sebelum dia ke pemakaman.
Dengan hati-hati Haviz menyobek amplopnya, dan meneluarkan surat yang berada di dalamnya, lalu membukanya, terlihat jelas kertas nya banyak bulat-bulatan aneh yang seperti kena air, dan Haviz yakin banget itu pasti air mata Vita yang terjatuh dan makin membuat Haviz merasa bersalah, Haviz mulai membaca suratnya...
Dear Haviz...
Hei, apa kabar? gue harap loe dalam keadaan baik-baik aja. Maaf ea, gue nggax bisa pamitan sama loe, juga Aurel, karena gue buru-buru makanya gue menyempatkan untuk menulis surat ini... gue harap ini lah yang terbaik, pergi dari kehidupan kalian...
Seperti orang bodoh yang selalu mengharapkan orang yang nggax pernah mencintai dirinya sendiri, gue jadi merasa bersalah sama Aurel, dia bener-bener mencintai elo... dan gue yakin elo juga mencintainya kan... jadi nggax ada Alasan untuk gue menghancurkannya...
Bahkan gue sempet bilang, gue Rela mati kalau elo bukan jodoh gue, dan gue nggax bisa mendapat kan elo... huh, pasti loe bakal bilang gue bego banget, tapi... sampai sekarang gue juga begitu, gue rela mati al, dan loe tenang aja, gue nggax bakal merusak hubungan elo dan Aurel apapun alasannya, meski gue sakit tapi asal kalian bahagia gue pasti bakal cepat sembuh, dan gue percaya itu.
Gue berharap kalian bisa bahagia walau gue udah nggax ada, gue pasti bakal sangat merindukan kalian... gue pergi bukan karena gue benci sama kalian, tapi gue benci sama perasaan gue sendiri, gue terlalu egois kalau gue tetap di sini, yaaa takutnya gue bakal semakin mencitai orang yang jelas-jelas suka sama sahabat gue sendiri.
Tapi, gue juga nggax bisa membohongi perasaan gue sendiri, gue sangat mencintai elo Al, gue tau perasaan gue ini salah, dan gue harus menghapusnya, tetunya itu nggax mudah buat gue. jadi... gue putuskan untuk pergi agar gue bisa melupakan elo dan berusaha untuk merelakan elo bersama orang yang elo cintai.
Huufffh... gue nggax sabar menunggu saat-saat kembali lagi kesini, apa yang bakal terjadi sama kalian yea... apa kalian masih mengingat gue... gue pasti kembali setelah gue bener-bener bisa melupakan elo Al, tapi... kalau gue nggax bisa... anggap aja gue belum beruntung.
Terima kasih karena elo udah membuat hidup gue lebih berwarna selama ini, ada canda dan tawa, elo udah mengajar kan gue apa artinya cinta, dan melakukan sedikit pengorbanan untuk orang yang di cintai, elo udah membuat gue bisa tertawa dengan gembira, gue beruntung banget bisa berteman and ketemu elo.
Dan siapa pun yang mendapatkan elo, pasti nggax bakal kecewa, gue juga berharap elo bisa bahagia bersama Aurel, gue bener-bener berharap elo bisa bahagia di bandingkan siapa pun, bahkan di bandingkan gue juga, elo harus lebih bahagia... jangan tinggalin Aurel ea, kalian bener-bener pasangan yang serasi, Aurel itu pasangan yang baik buat loe, bahkan di bandingkan gue, Aurel itu lebih baik.
Gue pasti bakal dapat pasangan yang seperti elo, yang baik, pengertian, keren, juara, di kagumi banyak orang, teman yang sangat baik, dan pokoknya nggax bisa di lukiskan dengan kata-kata deh, gue bakal kembali lagi ke sini dengan pasangan gue, dan mengalahkan elo. Sampai saat itu tiba, gue akan sangat merindukan elo.
0h ea, sampaikan salam and maaf gue ke Aurel ea, gue nggax sengaja mencintai orang yang sangat di cintai dia, gue takut Aurel bakal membenci gue, tapi gue nggax bermaksud mengambilnya kok, kalian itu udah di jodohkan untuk bersama, gue pasti bakal sangat berdosa kalau menghancurkannya.
Gue nggax mau gara-gara gue kalian nggax bisa bersama,... kalian adalah orang-orang yang sangat gue sayangi dan gue nggax mau salah satu dari kalian merasa tersakiti, apa lagi kalau itu gara-gara gue, gue nggax mau hal itu sepat terjadi, maaf in semua kesalahan gue ea.
Haviz, gue pasti bisa melupakan elo, dan mengubur perasaan gue, gue juga pasti bakal bahagia, gue bakal kembali lagi kesini, gue nggax sabar untuk ketemu elo lagi, kira-kira bagaiamana elo saat gue kembali lagi ke sini, tapi... jika gue nggax bisa melupakan elo... gue pasti bakal tetap berada di tempat gue sekarang.
Tapi gue berharap gue bisa kembali dan melihat kebahagiaan kalian, seandainya gue bisa meminta lagi, gue minta kalian untuk bahagia, jangan pernah lupain gue ea, gue nggax bisa kalau kalian membenci gue... gue bakal kembali, dan kalau gue nggax bisa melihat elo lagi, anggap aja gue lagi kena sial, dan nggax beruntung.
Emmm, sepertinya udah cukup pengakuan gue... dan surat gue hanya sampai ini saja, kalau gue beruntung gue bakal ketemu elo lagi, salam buat temen-temen yang lain, maaf gue nggax bisa pamit, selamat tinggal semuanya... gue pergi...
sahabat yang selalu menyayangimu....
VITA SAPUTRI
Haviz menguasap air matanya yang udah banyak mengalir di pipinya, lalu ia berdiri sambil menatap makam Vita dengan sedih, tiba-tiba ada yang menusap-usap pundaknya Haviz menoleh, tampai Aurel yang menguatkannya untuk melewati ini semua.
"selamat tingal Vit, gue harap loe tenang di sana..." kata Haviz dan melempar surat dari Vita hingga jatuh tepat di atas gundukan makam Vita, lalu melangkah meninggalkan pekuburan bersama Aurel, meninggalkan semua kenangan di sana, dan mencoba untuk membuka lembaran.
Ok sahabat semua,, Gimana jalan cerita nya,, Seru and menyentuh kan,,,
Bio data penulis,
***
Nama :Mia mulyani
Facebook :
Mia mulyani
Hobby :Membaca, And menulis,